Maju mendasarkan kebijakan militer
Maju mendasarkan kebijakan militer

Akademi Militer Terapkan Kecabangan Satuan Tempur dan Program e-Learning⁣ | 60" TNI AD⁣ (Mungkin 2024)

Akademi Militer Terapkan Kecabangan Satuan Tempur dan Program e-Learning⁣ | 60" TNI AD⁣ (Mungkin 2024)
Anonim

Pangkalan depan, praktik oleh negara-negara adikuasa — terutama, Amerika Serikat — untuk membangun kehadiran militer yang langgeng di negara asing sebagai sarana memproyeksikan kekuatan dan memajukan kepentingan nasional.

Istilah pangkalan depan mengacu pada peralatan, angkatan bersenjata, dan fasilitas militer yang gigih yang ditempatkan di luar negeri atau dikerahkan di laut selama masa damai. Istilah yang lebih umum, kehadiran ke depan, termasuk kegiatan militer luar negeri non-perang seperti perjanjian akses, bantuan militer asing, latihan bersama, dan berbagi intelijen. Kehadiran militer luar negeri yang terlihat dimaksudkan untuk memproyeksikan kekuatan nasional, mencegah potensi musuh, dan menstabilkan wilayah yang berpotensi bergejolak. Pangkalan ke depan juga mendukung sasaran kebijakan pertahanan negara adikuasa tertentu dengan menghalangi persaingan militer dalam lingkup pengaruh tertentu.

Basis ke depan memenuhi kebutuhan logistik serta tujuan strategis yang lebih luas. Kehadiran personel dan peralatan militer di wilayah geografis utama memungkinkan respons cepat jika terjadi konflik, seandainya pencegahan gagal. Penempatan aset militer di luar negeri secara substansial mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk mengangkut peralatan dan pasukan ke daerah konflik. Pangkalan ke depan memungkinkan para komandan bergerak cepat dan memusatkan kekuatan militer di sudut-sudut dunia yang jauh.

Kehadiran militer masa damai yang dikerahkan ke depan adalah salah satu ciri khas negara adikuasa global. Pada puncaknya selama akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, Kerajaan Inggris mempertahankan sistem garnisun dan stasiun pembatas yang membentang di seluruh dunia. Setelah Perang Dunia II Amerika Serikat membongkar banyak pangkalan perangnya tetapi mempertahankan kehadiran militer yang penting di Eropa dan Asia dalam upaya untuk menahan Uni Soviet. Akhir dari Perang Dingin membawa lebih banyak restrukturisasi ketika Rusia berusaha untuk mempertahankan pengaruh regionalnya dengan menandatangani perjanjian mendasarkan dengan mantan republik Soviet.

After the September 11, 2001, terrorist attacks, the U.S. Department of Defense embarked on a global posture-realignment process that focused less on a large overseas concentration of U.S. troops and matériel and more on rapid deployment into areas that may be distant from the basing location. These changes in forward-basing posture were intended to address the complex and asymmetric threats of the post-Cold War world more effectively and flexibly.